PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Eksistensi
manusia di dunia ditandai dengan upaya tidak henti-hentinya untuk menjadi
manusia. Upaya ini berlangsung dalam dunia ciptaannya sendiri, yang berbeda
dengan dunia alamiah, yakni kebudayaan.
Dalam
kemajuan teknologi dan arus globalisasi yang semakin meningkat, menjadikan
manusia itu bertindak kurang baik. Banyak yang meniru gaya pakaian dan tingkah
laku budaya barat. Sehingga manusia sendiri lupa akan hakekat beliau diciptakan
Allah SWT.
Manusia
diciptakan Allah sebagai hamba, dia harus senantiasa beribadah hanya
kepada-Nya. Hanya Allah yang wajib disembah dan hanya kepada Allah manusia
memohon pertolongan. Beribadah kepada
Allah merupakan prinsip hidup yang paling hakiki bagi orang Islam, sehingga
perilakunya sehari-hari senantiasa mencerminkan pengabdian itu di atas
segala-galanya.
Berdasarkan
kenyataan yang ada, manusia telah lupa tentang hakekat dia diciptakan. Banyak
yang telah menyembah selain Allah dan banyak juga yang berperilaku menyimpang
dengan meniru kebudayaan barat. Sehingga kami ingin mengingatkan sesama kaum
muslimin dan muslimat dengan menyusun makalah tentang Eksistensi dan Martabat
Manusia agar manusia sadar tentang hakikat dia diciptakan Allah dan semoga segera
bertaubat jika sudah tau bahwa hal yang dilakukan salah.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Mengapa Eksistensi dan Martabat Manusia perlu
dipelajari?
2.
Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai khalifah dan
hak sebagai hamba?
3.
Bagaimana iman dan taqwa serta tantangan dalam
kehidupan modern
C.
Tujuan atau
Manfaat
1.
Agar manusia
dapat mengetahui Eksistensi dan Martabat Manusia yang sebenarnya menurut Islam
2.
Supaya menambah iman dan ketaqwaan manusia
3.
Menumbuhkan rasa tanggung jawab manusia sebagai
khalifah dan hak sebagai hamba Allah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Eksistensi dan Martabat Manusia
Manusia
adalah ciptaan Allah diantara ciptaan-ciptaan yang lain keadaan manusia dimuka
bumi dimulai sejak nabi adam dan
hawa yang diturunkan dari surga karena tergoda bujukan iblis sehingga tidak mematuhi
larangan Allah, manusia perlu mengenal dan memahami hakekat dirinya sendiri
agar mampu mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup
akan mengantar manusia pada kasediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan
sehingga hidupnya tidak menjadi sia-sia, dalam pembahasan ini dimaksudkan makna
dan arti sebagai hamba Allah, dalam rangka menjalankan hak dan kewajiban atau
kebebasan dan tanggung jawab mencari ridlonya.
Manusia
memiliki berbagai eksistensi dalam hidupnya sebagai berikut :
1. Eksistensi individual
dalam kata lain manusia adalah subjek yang berbeda dalam hidupnya, sebagai
subjek manusia merupakan misteri bagi yang lain namun tidak berarti bahwa orang
lain itu tidak dapat memahami dirinya, setiap subjek mempunyai keniscayaan
untuk memahami subjek yang lain bagi para eksistensialis subjek di mengerti
sebagai individu yang unik, pengakuan individualitas subjek manusia diukur
secara empiris dalam keterlibatannya denga sesama ataupun lingkungannya,
manusia tidak mungkin hidup tanpa orang lain tuhan menciptakan manusia sebagai
mahluk individual dan mahluk sosial, dengan demikian, individualitas dan
sosialitas seseorang akan terwujud jika sesuai dengan hekekat kemanusiaannya,
dari uraian tersebut dapat di tarik berbagai kesimpulan tentag manusia.
a. Manusia ada
karena diciptakan, manusia tidak memiliki peranan dalam proses penciptaan,
bahkan tidak bisa menolak kondisi yang akan diterimanya, secara substansial
susunan manusia terdiri dari tubuh ( fisik ) dan jiwa ( psikis )
b. Manusia adalah mahluk
yag mandiri ( individual ) dan hidup bermayarakat ( sosial ),
individualitas manusia mengandalkan perpaduan ( kesatuan ), tubuh, bentuk dan
jiwa ( isi ) yang mandiri dan individu berdiri sendiri, tidak sama atau berbeda
satu dengan yang lain, memiliki identitas atau jati diri
2.
Eksistensi sosial, seperti yang telah di uraikan dalam eksistensi individual
manusia adalah mahluk sosial, hidup secara berkelompok baik dalam keluarga,
suku, atau masyarakat luas untuk saling menjamin dan berlangsungnya
terpenuhinya kebutuhan hidup masing-masing. Norma sosial merupaka aturan atau
kesepakatan bersama yang menjamin kebebasan aktivitas kegiatan individu selama
tidak merugikan orang lain atau merusak tatana masyarakat.
Ø
Tujuan,
Fungsi dan Peranan Manusia
Manusia diturunkan ke dunia ini
bukannya tanpa peran. Manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan dan tugas yang
telah melekat padanya, yang terbawa sejak dia dilahirkan di muka bumi ini.
Ø Kedudukan manusia sebagai Abdullah / hamba Allah
Sebagai
hamba Allah maka manusia harus menuruti kemauan Allah, tidak boleh membangkang
pada-Nya. Jika kita membangkang maka kita akan terkena konsekwensi yang sangat
berat. Kita adalah budak Allah, karenanya setiap perilaku kita harus direstui
oleh-Nya, harus menyenangkan-Nya, harus mengagungkan-Nya.
Dengan
kedudukan ini, maka Manusia mempunyai dua tugas, pertama, ia harus beribadah
kepada Allah baik dalam pengertian sempit maupun luas. Beribadah dalam arti
sempit artinya mengerjakan Ibadah secara ritual saja, seperti, Sholat, puasa,
haji, dan sebagainya. Sedangkan ibadah dalam arti luas adalah melaksanakan
semua aktifitas baik dalam hubungan dengan secara vertikal kepada Allah SWT
maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk memperoleh keridoan Allah sesuai
dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist. Dan tentunya dari makna
ibadah dalam arti luas ini akan terpancarkan pribadi seorang muslim sejati
dimana seorang muslim yang mengerjakan kelima rukun Islam maka akan bisa
memberikan warna yang baik dalam bermuamalah dengan sesama manusia dan banyak
memberikan manfaat selama bermuamalah itu. Disamping itu segala aktifitas yang
kita lakukan baik itu aktifitas ibadah maupun aktifitas keseharian kita
dimanapun berada di rumah, di kampus di jalan dan dimanapun haruslah hanya
dengan niat yang baik dan lillahi ta'ala, tanpa ada motivasi lain selain ALLAH.
Di dalam Adz Dzariyat 56: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah kepada-Ku."
Kita
beribadah kepada Allah bukan berarti Allah butuh kepada kita, Allah sama sekali
tidak membutuhkan kita. Bagi Allah walaupun semua orang di dunia ini
menyembah-Nya, melakukan sujud pada-Nya, taat pada-Nya, tidaklah hal tersebut
semakin menyebabkan meningkatnya kekuasaan Allah. Demikian juga sebaliknya jika
semua orang menentang Allah, maka hal ini tak akan mengurangi sedikitpun
kekuasaan Allah. Jadi sebenarnya yang membutuhkan Allah ini adalah kita, yang
tergantung kepada Allah ini adalah kita, yang seharusnya mengemis minta belas
kasihan Allah ini adalah kita. Yang seharusnya menjadi hamba yang baik ini
adalah kita. Allah memerintahkan supaya kita beribadah ini sebenarnya adalah
untuk kepentingan kita sendiri, sebagai tanda terimakasih kepada-Nya, atas
nikmat yang diberikan-Nya, agar kita menjadi orang yang bertaqwa, Allah SWT
berfirman: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” [2 : 21]
B.
Tanggung Jawab Manusia
Tanggung jawab adalah sifat terpuji
yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga
tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan
semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan
selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa
melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung
jawab. Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu
berbeda.
Tanggung jawab menurut kamus umum
Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu dan akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang
disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung jawab bersifat kodrati,
artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti
dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka
ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab
itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang
kepentingan pihak lain.
Tanggung jawab mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan perasaan nurani dan hati manusia, yang mempunyai pengaruh
besar dalam mengarahkan sikap kita menuju hal positif. Nabi bersabda:
"Mintalah petunjuk pada hati (nurani)mu."
Seorang muslim tidak boleh melepas
tangan (menghindar dari tanggung jawab) dengan beralasan bahwa kesalahan yang
ia kerjakan adalah takdir yang ditentukan Allah kepadanya. Tanggung jawab tetap
harus ditegakkan. Allah hanya menentukan suratan tentang apa yang akan
dikerjakan manusia berdasarkan keinginan mereka yang merdeka, tidak ada
paksaan. Dari sinilah manusia dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa
yang ia lakukan. Mulai dari hal yang sangat kecil sampai yang paling besar. "Barang
siap yang berbuat kebaikan, walau sebesar biji atom, dia akan melihatnya. Dan
barang siapa yang berbuat kejelekan, walau sebesar biji atom, maka ia akan
melihatnya pula" (al Zalzalah 7-8).

Hamba Allah adalah orang yang taat
dan patuh kepada perintah Allah. Hakikat kehambaan kepada Allah adalah
ketaatan, ketundukan dan kepatuhan. Dalam hubungannya dengan Allah, manusia
menempati posisi sebagai ciptaan dan Allah sebagai pencipta. Hal ini sudah
termaktub dalam Al-Qur’an tentang tujuan Allah menciptakan manusia, yakni untuk
menyembah kepada-Nya. Konsekuensinya manusia sebagai hamba Allah, dia harus
senantiasa beribadah hanya kepada-Nya. Hanya Allah-lah yang disembah dan hanya
kepada Allah-lah manusia mohon pertolongan (Q.S. Al-Fatihah :5)

Jauh sebelum manusia diciptakan,
Tuhan telah menyampaikan kepada malaikat bahwa Dia akan menciptakan Khalifah
(Wakil) dimuka bumi. Manusia adalah khalifah Allah dimuka bumi. Dia yang
bertugas mengurus bumi dengan seluruh isinya, dan memakmurkannya sebagai amanah
dari Allah.
Konsekuensi kekhalifahan manusia di
muka bumi adalah membangun, mengolah dan memakmurkan bumi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan
demikian kehidupan seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah dan kerja keras
yang tiada henti.
Manusia yang dianggap sebagai
khalifah tidak akan menjunjung tinggi tanggung jawab kekhalifahannya tanpa
dilengkapi dengan potensi-potensi yang memungkinkannya mampu melaksanakan
tugasnya. M. Quraish Shihab mengemukakan beberapa potensi yang diberikan Allah
kepada manusia sehubungan dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah di muka
bumi, yakni :
1)
Kemampuan untuk mengetahui sifat, fungsi dan kegunaan
segala macam benda. Dengan potensi ini manusia dapat menemukan hukum-hukum
dasar alam semesta, menyusun konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan
gagasan untuk melaksanakannya serta memiliki pandangan menyeluruh terhadapnya.
2)
Pengalaman selama berada di surga, baik yang manis
seperti kedamaian dan kesejahteraan, maupun yang pahit seperti keluarnya adam
dan hawa akibat terbujuk oleh rayuan syaitan.
3)
Tuhan telah menaklukkan dan memudahkan alam semesta
ini untuk diolah manusia.
4)
Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia selama berada
di bumi.
C.
Iman dan Taqwa Menjawab Problem dan Tantangan Kehidupan Modern
Salah satu ciri
kehidupan modern yang paling menonjol adalah sikap masyarakat yang sangat
agresif terhadap kemajuan. Kemajuan tersebut didorong oleh berbagai prestasi
yang dicapai oleh iptek. Kehidupan modern juga ditandai dengan adanya: 1.
Penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dan 2.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai wujud dari kemajuan
intelektual manusia (Achmad Mubarok, 2000:3).
Kemajuan kehidupan
modern menuntut adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang handal,
baik kualitas yang bersifat jasmani, lebih-lebih kualitas yang bersifat rohani.
Kecenderungan gaya hidup pada kehidupan modern semakin matrealialistis.
Matrealistis sudah mendominasi dan menguasai kehidupan manusia. Keberhasilan
dan kegagalan ukuran tunggalnya adalah kegagalan dan keberhasilan dalam materi.
Orang beriman tidak akan khawatir dengan keadaan dunianya yang fana ini demi
mencapai keberuntungan yang abadi di akhirat kelak.
Yusuf
Qardhawi memberikan uraian tentang peran iman dalam menjawab problem dan
tantanagn kehidupan modern, (Yusuf Qardhawi, 200:77) yaitu :
1.
Mendatangkan Kebahagian
Kebahagiaan
adalah dambaan semua orang. Dari para ilmuwan yang mencurahkan seluruh waktunya
untuk menelaah pengetahuan sampai orang awam yang selalu memeras keringat. Banyak orang mencari kebahagiaan, tetapi
mereka mencarinya bukan pada alamat yang tepat di mana kebahagiaan itu berada.
Ada sebagian
manusia yang mencari kebahagiaan di dalam tumpukan materi, beragam kemewahan
dan kesenangan duniawi. Dihambakan dirina kepada syahwat dan birahi,
dipenuhinya segala harapan dan keinginan. Namun, hal itu hanya sesaat atau
bahkan setiap kali dia mendapatkannya, masalah baru yang tak pernah terduga
sebelumnya muncul.
Apakah hidup bahagia didapat dengan kesenangan dan
melimpah harta? Sebagian berpendapat demikian. Namun, kita bisa melihat
negara-negara yang tingkatan ekonominya sudah maju, segala kebutuhan materi
bisa didapat dengan mudah, keluh kesah karena kesulitan ekonomi tidak pernah
kedengaran. Tetapi tetap saja mereka masih mersakan kesempitan dan penderitaan.
Jika
kebahagiaan bukan terletak pada harta, apakah kebahagiaan itu terletak pada
anak? Tidak sedikit orang tua yang merasakan penderitaan lahir batin akibat
perbuatan anak-anaknya. Demikian kenyataannya, sehingga Allah memerintahkan
kepada orang tua agar senantiasa memohon kepada-Nya agar diberikan karunia
anak-anak dan keluarga yang baik (Q.S. Al-Furqon: 74).
Kebahagiaan
sebenarnya terletak dalam diri manusia sendiri. Persaan bahagia tidak terletak
dalam harta yang banyak, dalam kekuasaan dan kemuliaan, dalam berbagai macam
kesenangan dan kefoya-foyaan.
Kebahagiaan
adalah sesuatu yang abstrak, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat
dihitung dengan angka-angka, dan tidak bisa dibeli dengan uang. Kebahagiaan
ialah sesuatu yang dirasakan didalam batin manusia, yaitu didalam jiwa yang
bersih, hati yang damai, perasaan yang lapang dan tenang. Jadi kebahagiaan itu
sesuatu yang tumbuh berkembang di dalam diri manusia yang tidak datangkan dari
luar.
2.
Memberi Kedamaian Jiwa
Kedamaian
jiwa adalah kunci utama untuk menggapai kebahagiaan hidup. Kedamaian semata-mata
merupakan produk dari suatu hal, dan tidak bisa digantikan dengan yang lain,
yakni iman kepada Allah secara benar dan mantap, tidak bercampur dengan
keraguan dan kepalsuan.
Orang yang
beriman memperoleh ketenangan jiwa dan kedamiankarena dia telah menempuh jalan
hidup yang sesuai dengan fitrah yang ditetapkan Allah dalam jiwa manusia.
Manusia menurut kejadian asalnya adalah makhluk yang memiliki pembawaan
kesucian dan kebaikan. Kesucian dan kebaikan inilah yang akan membawa
ketremtaman dan rasa aman dalam diri manusia (Lihat Nurcholish Madjid, 2000:
305)
3.
Melahirkan sikap berkecukupan
Keimanan
akan mendatangkan perasaan senang dan puas (qana’ah) serta bersyukur kepada
Allah atas rezeki yang telah dilimpahkan kepadanya. Sikap ini menjadikan orang yang
beriman merasa cukup terhadap karunia yang diterimanya dari Allah. Dengan
demikian manusia terhindar dari kecenderungan materalistis yang berlebihan.
Perasaan qana’ah atas apa yang telah dianugerahkan Allah akan menumbuhkan
perasaan tentram dan damai dalam jiwa manusia.
4.
Melahirkan rasa aman
Keimanan akan menumbuhkan perasaan
aman dalam jiwa seseorang. Seseorang yang memiliki keimanan tidak dihantui
perasaan cemas. Bagi orang yang beriman, tidak ada kata sukar dalam meniti
kehidupan modern ini. Segala yang sukar diraskan ringan, yang jauh dirasakan
dekat, yang terjal dirasakan mulus, segalanya dijalani dengan perasaan bahagia.
Dia tidak dihinggapi perasaan takut dan cemas, kecewa dan keluh kesah, tidak
diserta dengan nyali yang ciut dan persaan kuatir. Semua yang dilakukan
semata-mata hanya untuk menggapai keridhaan Allah.
5.
Keimanan menumbuhkan sikap optimis
Perasaan optimis merupakan kekuatan
yang mampu membangkitkan kemauan untuk berbuat. Ia mampu menumbuhkan semangat
untuk selalu melaksanakan kewajiban, menyingkirkan perasaan malas, serta
menumbuhkan keseriusan. Karena optimis akan mendapatkan keridhaan Allah dan
kenikmatan surga, orang yang beriman bersedia melawan hawa nafsu, mentaati
perintah dan menjauhi larangan-Nya. Optimisme yang memberi konstribusi besar
kepada manusia yaitu optimesme yang tumbuh dari keimanan, percaya akan adanya
pertolongan dan kasih sayang dari Allah.
6.
Membuat jiwa tegar dalam menghadapi cobaan
Keimanan
menjadikan manusia lebih tahan dan sabar dalam menghadapi cobaan dan tantangan
kehidupan modern, teguh pendirian dalam menghadapi kesulitan hidup. Orang yang
beriman menyadari bahwa cobaan yang diterimanya bukanlah suatu pukulan yang
tiba-tiba datang menyerang tanpa kompromi, melainkan sesuai dengan ketentuan,
kebijaksanaan, dan keputusan dari Allah yang Maha Menentukan.
Keimanan
memang tidak memberikan solusi yang sifatnya jasmani terhadap problematika dan
tantangan kehidupan modern, tetapi solusi yang diberikan oleh keimanan
merupakan penyeimbang dari solusi-solusi lain. Keimanan memenuhi kebutuhan
rohani manusia, sehingga dia menjadi lebih sempurna dan dewasa dalam menjalani
kehidupan modern ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh
makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus
pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan
dan menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun
begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi
amanat itu, yaitu manusia sebagai khalifah di bumi. Dan oleh karenanya manusia
adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu
kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti,
bahwa alam seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan minta
pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama hidupnya di dunia ini pasti
terlibat dalam amanat itu.
Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan
tetapi melalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini
tidak berarti Allah tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan
tetapi justru karena ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang
disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang
juga diberi hidup oleh Allah, yakni flora dan fauna.
Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis
dan seimbang yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya
utamanya flora dan fauna, dalam suatu “tata nilai” maupun “tatanan” yang
disebut ekosistem. Tata nilai dan tatanan itulah yang disebut pula “moral dan
etika kehidupan alam” yang sering dipengaruhi oleh paradigma dinamis yang
berkembang dalam komunitas masyarakat disamping pengaruh ajaran agama yang
menjadi sumber inspirasi moral dan etika itu.
B.
Saran
Setelah
pembaca mengetahui tentang hakekat manusia diciptakan Allah, maka hendaknya
manusia menjadi taat dalam beribadah kepada Allah. Menambah keimanan terhadap
Allah. Percaya bahwa semua kekuatan hanya milik Allah dan mintalah pertolongan
hanya kepadaNya. Karena Allah Sang Maha Pecipta.
Materinya Menarik Untuk DIbaca
BalasHapusboleh minta filenya??
BalasHapuskak minta filenya dong, kirim ke email ku ya sekarang penting!
BalasHapuskak boleh minta filenya dong, materinya bagus.
BalasHapuskak, boleh minta filenya???
BalasHapusMaterinya bagus. Bisa gak di share filenya sebagai bahan bacaan. Terima kasih atas bantuannya.
BalasHapusminta file ya dong
BalasHapussangat berguna betul mg berkah
BalasHapuskak boleh minta file nya?
BalasHapuskak boleh minta file nya
BalasHapusDaftar pustaka nya mana ya
BalasHapus