Makalah Eksistensi dan Martabat Manusia

11 comments




BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Eksistensi manusia di dunia ditandai dengan upaya tidak henti-hentinya untuk menjadi manusia. Upaya ini berlangsung dalam dunia ciptaannya sendiri, yang berbeda dengan dunia alamiah, yakni kebudayaan.
Dalam kemajuan teknologi dan arus globalisasi yang semakin meningkat, menjadikan manusia itu bertindak kurang baik. Banyak yang meniru gaya pakaian dan tingkah laku budaya barat. Sehingga manusia sendiri lupa akan hakekat beliau diciptakan Allah SWT.
Manusia diciptakan Allah sebagai hamba, dia harus senantiasa beribadah hanya kepada-Nya. Hanya Allah yang wajib disembah dan hanya kepada Allah manusia memohon pertolongan.  Beribadah kepada Allah merupakan prinsip hidup yang paling hakiki bagi orang Islam, sehingga perilakunya sehari-hari senantiasa mencerminkan pengabdian itu di atas segala-galanya.
Berdasarkan kenyataan yang ada, manusia telah lupa tentang hakekat dia diciptakan. Banyak yang telah menyembah selain Allah dan banyak juga yang berperilaku menyimpang dengan meniru kebudayaan barat. Sehingga kami ingin mengingatkan sesama kaum muslimin dan muslimat dengan menyusun makalah tentang Eksistensi dan Martabat Manusia agar manusia sadar tentang hakikat dia diciptakan Allah dan semoga segera bertaubat jika sudah tau bahwa hal yang dilakukan salah.
B.          Rumusan Masalah
1.     Mengapa Eksistensi dan Martabat Manusia perlu dipelajari?
2.     Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai khalifah dan hak sebagai hamba?
3.     Bagaimana iman dan taqwa serta tantangan dalam kehidupan modern

C.          Tujuan atau Manfaat
1.    Agar manusia dapat mengetahui Eksistensi dan Martabat Manusia yang sebenarnya menurut Islam
2.   Supaya menambah iman dan ketaqwaan manusia
3.   Menumbuhkan rasa tanggung jawab manusia sebagai khalifah dan hak sebagai hamba Allah
BAB II
PEMBAHASAN

A.         Eksistensi dan Martabat Manusia
Manusia adalah ciptaan Allah diantara ciptaan-ciptaan yang lain keadaan manusia dimuka bumi dimulai sejak nabi adam dan hawa yang diturunkan dari surga karena tergoda bujukan iblis sehingga tidak mematuhi larangan Allah, manusia perlu mengenal dan memahami hakekat dirinya sendiri agar mampu mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan mengantar manusia pada kasediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan sehingga hidupnya tidak menjadi sia-sia, dalam pembahasan ini dimaksudkan makna dan arti sebagai hamba Allah, dalam rangka menjalankan hak dan kewajiban atau kebebasan dan tanggung jawab mencari ridlonya.

Manusia memiliki berbagai eksistensi dalam hidupnya sebagai berikut :
1.     Eksistensi individual dalam kata lain manusia adalah subjek yang berbeda dalam hidupnya, sebagai subjek manusia merupakan misteri bagi yang lain namun tidak berarti bahwa orang lain itu tidak dapat memahami dirinya, setiap subjek mempunyai keniscayaan untuk memahami subjek yang lain bagi para eksistensialis subjek di mengerti sebagai individu yang unik, pengakuan individualitas subjek manusia diukur secara empiris dalam keterlibatannya denga sesama ataupun lingkungannya, manusia tidak mungkin hidup tanpa orang lain tuhan menciptakan manusia sebagai mahluk individual dan mahluk sosial, dengan demikian, individualitas dan sosialitas seseorang akan terwujud jika sesuai dengan hekekat kemanusiaannya, dari uraian tersebut dapat di tarik berbagai kesimpulan tentag manusia.
a.       Manusia ada karena diciptakan, manusia tidak memiliki peranan dalam proses penciptaan, bahkan tidak bisa menolak kondisi yang akan diterimanya, secara substansial susunan manusia terdiri dari tubuh ( fisik ) dan jiwa ( psikis )
b.      Manusia adalah mahluk yag mandiri ( individual )  dan hidup bermayarakat ( sosial ), individualitas manusia mengandalkan perpaduan ( kesatuan ), tubuh, bentuk dan jiwa ( isi ) yang mandiri dan individu berdiri sendiri, tidak sama atau berbeda satu dengan yang lain, memiliki identitas atau jati diri

2.      Eksistensi sosial, seperti yang telah di uraikan dalam eksistensi individual manusia adalah mahluk sosial, hidup secara berkelompok baik dalam keluarga, suku, atau masyarakat luas untuk saling menjamin dan berlangsungnya terpenuhinya kebutuhan hidup masing-masing. Norma sosial merupaka aturan atau kesepakatan bersama yang menjamin kebebasan aktivitas kegiatan individu selama tidak merugikan orang lain atau merusak tatana masyarakat.

Ø  Tujuan, Fungsi dan Peranan Manusia
Manusia diturunkan ke dunia ini bukannya tanpa peran. Manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan dan tugas yang telah melekat padanya, yang terbawa sejak dia dilahirkan di muka bumi ini.
Ø  Kedudukan manusia sebagai Abdullah / hamba Allah
Sebagai hamba Allah maka manusia harus menuruti kemauan Allah, tidak boleh membangkang pada-Nya. Jika kita membangkang maka kita akan terkena konsekwensi yang sangat berat. Kita adalah budak Allah, karenanya setiap perilaku kita harus direstui oleh-Nya, harus menyenangkan-Nya, harus mengagungkan-Nya.

Dengan kedudukan ini, maka Manusia mempunyai dua tugas, pertama, ia harus beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit maupun luas. Beribadah dalam arti sempit artinya mengerjakan Ibadah secara ritual saja, seperti, Sholat, puasa, haji, dan sebagainya. Sedangkan ibadah dalam arti luas adalah melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan dengan secara vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk memperoleh keridoan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist. Dan tentunya dari makna  ibadah dalam arti luas ini akan terpancarkan pribadi seorang muslim sejati dimana seorang muslim yang mengerjakan kelima rukun Islam maka akan bisa memberikan warna yang baik dalam bermuamalah dengan sesama manusia dan banyak memberikan manfaat selama bermuamalah itu. Disamping itu segala aktifitas yang kita lakukan baik itu aktifitas ibadah maupun aktifitas keseharian kita dimanapun berada di rumah, di kampus di jalan dan dimanapun haruslah hanya dengan niat yang baik dan lillahi ta'ala, tanpa ada motivasi lain selain ALLAH. Di dalam Adz Dzariyat 56: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."

Kita beribadah kepada Allah bukan berarti Allah butuh kepada kita, Allah sama sekali tidak membutuhkan kita. Bagi Allah walaupun  semua orang di dunia ini menyembah-Nya, melakukan sujud pada-Nya, taat pada-Nya, tidaklah hal tersebut semakin menyebabkan meningkatnya kekuasaan Allah. Demikian juga sebaliknya jika semua orang menentang Allah, maka hal ini tak akan mengurangi sedikitpun kekuasaan Allah. Jadi sebenarnya yang membutuhkan Allah ini adalah kita, yang tergantung kepada Allah ini adalah kita, yang seharusnya mengemis minta belas kasihan Allah ini adalah kita. Yang seharusnya menjadi hamba yang baik ini adalah kita. Allah memerintahkan supaya kita beribadah ini sebenarnya adalah untuk kepentingan kita sendiri, sebagai tanda terimakasih kepada-Nya, atas nikmat yang diberikan-Nya, agar kita menjadi orang yang bertaqwa, Allah SWT berfirman: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” [2 : 21]

B.         Tanggung Jawab Manusia
Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu dan akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang kepentingan pihak lain.
Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan nurani dan hati manusia, yang mempunyai pengaruh besar dalam mengarahkan sikap kita menuju hal positif. Nabi bersabda: "Mintalah petunjuk pada hati (nurani)mu."
Seorang muslim tidak boleh melepas tangan (menghindar dari tanggung jawab) dengan beralasan bahwa kesalahan yang ia kerjakan adalah takdir yang ditentukan Allah kepadanya. Tanggung jawab tetap harus ditegakkan. Allah hanya menentukan suratan tentang apa yang akan dikerjakan manusia berdasarkan keinginan mereka yang merdeka, tidak ada paksaan. Dari sinilah manusia dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Mulai dari hal yang sangat kecil sampai yang paling besar. "Barang siap yang berbuat kebaikan, walau sebesar biji atom, dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang berbuat kejelekan, walau sebesar biji atom, maka ia akan melihatnya pula" (al Zalzalah 7-8).
*      Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah
Hamba Allah adalah orang yang taat dan patuh kepada perintah Allah. Hakikat kehambaan kepada Allah adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan. Dalam hubungannya dengan Allah, manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Allah sebagai pencipta. Hal ini sudah termaktub dalam Al-Qur’an tentang tujuan Allah menciptakan manusia, yakni untuk menyembah kepada-Nya. Konsekuensinya manusia sebagai hamba Allah, dia harus senantiasa beribadah hanya kepada-Nya. Hanya Allah-lah yang disembah dan hanya kepada Allah-lah manusia mohon pertolongan (Q.S. Al-Fatihah :5)
*      Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah
Jauh sebelum manusia diciptakan, Tuhan telah menyampaikan kepada malaikat bahwa Dia akan menciptakan Khalifah (Wakil) dimuka bumi. Manusia adalah khalifah Allah dimuka bumi. Dia yang bertugas mengurus bumi dengan seluruh isinya, dan memakmurkannya sebagai amanah dari Allah.
Konsekuensi kekhalifahan manusia di muka bumi adalah membangun, mengolah dan memakmurkan  bumi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian kehidupan seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah dan kerja keras yang tiada henti.
Manusia yang dianggap sebagai khalifah tidak akan menjunjung tinggi tanggung jawab kekhalifahannya tanpa dilengkapi dengan potensi-potensi yang memungkinkannya mampu melaksanakan tugasnya. M. Quraish Shihab mengemukakan beberapa potensi yang diberikan Allah kepada manusia sehubungan dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yakni :
1)     Kemampuan untuk mengetahui sifat, fungsi dan kegunaan segala macam benda. Dengan potensi ini manusia dapat menemukan hukum-hukum dasar alam semesta, menyusun konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan untuk melaksanakannya serta memiliki pandangan menyeluruh terhadapnya.
2)     Pengalaman selama berada di surga, baik yang manis seperti kedamaian dan kesejahteraan, maupun yang pahit seperti keluarnya adam dan hawa akibat terbujuk oleh rayuan syaitan.
3)     Tuhan telah menaklukkan dan memudahkan alam semesta ini untuk diolah manusia.
4)     Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia selama berada di bumi.

C.        Iman dan Taqwa Menjawab Problem dan Tantangan Kehidupan Modern
Salah satu ciri kehidupan modern yang paling menonjol adalah sikap masyarakat yang sangat agresif terhadap kemajuan. Kemajuan tersebut didorong oleh berbagai prestasi yang dicapai oleh iptek. Kehidupan modern juga ditandai dengan adanya: 1. Penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dan 2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai wujud dari kemajuan intelektual manusia (Achmad Mubarok, 2000:3).
Kemajuan kehidupan modern menuntut adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang handal, baik kualitas yang bersifat jasmani, lebih-lebih kualitas yang bersifat rohani. Kecenderungan gaya hidup pada kehidupan modern semakin matrealialistis. Matrealistis sudah mendominasi dan menguasai kehidupan manusia. Keberhasilan dan kegagalan ukuran tunggalnya adalah kegagalan dan keberhasilan dalam materi. Orang beriman tidak akan khawatir dengan keadaan dunianya yang fana ini demi mencapai keberuntungan yang abadi di akhirat kelak.
Yusuf Qardhawi memberikan uraian tentang peran iman dalam menjawab problem dan tantanagn kehidupan modern, (Yusuf Qardhawi, 200:77) yaitu :
1.       Mendatangkan Kebahagian
Kebahagiaan adalah dambaan semua orang. Dari para ilmuwan yang mencurahkan seluruh waktunya untuk menelaah pengetahuan sampai orang awam yang selalu memeras keringat.  Banyak orang mencari kebahagiaan, tetapi mereka mencarinya bukan pada alamat yang tepat di mana kebahagiaan itu berada.
Ada sebagian manusia yang mencari kebahagiaan di dalam tumpukan materi, beragam kemewahan dan kesenangan duniawi. Dihambakan dirina kepada syahwat dan birahi, dipenuhinya segala harapan dan keinginan. Namun, hal itu hanya sesaat atau bahkan setiap kali dia mendapatkannya, masalah baru yang tak pernah terduga sebelumnya muncul.
Apakah  hidup bahagia didapat dengan kesenangan dan melimpah harta? Sebagian berpendapat demikian. Namun, kita bisa melihat negara-negara yang tingkatan ekonominya sudah maju, segala kebutuhan materi bisa didapat dengan mudah, keluh kesah karena kesulitan ekonomi tidak pernah kedengaran. Tetapi tetap saja mereka masih mersakan kesempitan dan penderitaan.
Jika kebahagiaan bukan terletak pada harta, apakah kebahagiaan itu terletak pada anak? Tidak sedikit orang tua yang merasakan penderitaan lahir batin akibat perbuatan anak-anaknya. Demikian kenyataannya, sehingga Allah memerintahkan kepada orang tua agar senantiasa memohon kepada-Nya agar diberikan karunia anak-anak dan keluarga yang baik (Q.S. Al-Furqon: 74).
Kebahagiaan sebenarnya terletak dalam diri manusia sendiri. Persaan bahagia tidak terletak dalam harta yang banyak, dalam kekuasaan dan kemuliaan, dalam berbagai macam kesenangan dan kefoya-foyaan.
Kebahagiaan adalah sesuatu yang abstrak, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dihitung dengan angka-angka, dan tidak bisa dibeli dengan uang. Kebahagiaan ialah sesuatu yang dirasakan didalam batin manusia, yaitu didalam jiwa yang bersih, hati yang damai, perasaan yang lapang dan tenang. Jadi kebahagiaan itu sesuatu yang tumbuh berkembang di dalam diri manusia yang tidak datangkan dari luar.
2.       Memberi Kedamaian Jiwa
Kedamaian jiwa adalah kunci utama untuk menggapai kebahagiaan hidup. Kedamaian semata-mata merupakan produk dari suatu hal, dan tidak bisa digantikan dengan yang lain, yakni iman kepada Allah secara benar dan mantap, tidak bercampur dengan keraguan dan kepalsuan.
Orang yang beriman memperoleh ketenangan jiwa dan kedamiankarena dia telah menempuh jalan hidup yang sesuai dengan fitrah yang ditetapkan Allah dalam jiwa manusia. Manusia menurut kejadian asalnya adalah makhluk yang memiliki pembawaan kesucian dan kebaikan. Kesucian dan kebaikan inilah yang akan membawa ketremtaman dan rasa aman dalam diri manusia (Lihat Nurcholish Madjid, 2000: 305)

3.       Melahirkan sikap berkecukupan
Keimanan akan mendatangkan perasaan senang dan puas (qana’ah) serta bersyukur kepada Allah atas rezeki yang telah dilimpahkan kepadanya. Sikap ini menjadikan orang yang beriman merasa cukup terhadap karunia yang diterimanya dari Allah. Dengan demikian manusia terhindar dari kecenderungan materalistis yang berlebihan. Perasaan qana’ah atas apa yang telah dianugerahkan Allah akan menumbuhkan perasaan tentram dan damai dalam jiwa manusia.
4.       Melahirkan rasa aman
Keimanan akan menumbuhkan perasaan aman dalam jiwa seseorang. Seseorang yang memiliki keimanan tidak dihantui perasaan cemas. Bagi orang yang beriman, tidak ada kata sukar dalam meniti kehidupan modern ini. Segala yang sukar diraskan ringan, yang jauh dirasakan dekat, yang terjal dirasakan mulus, segalanya dijalani dengan perasaan bahagia. Dia tidak dihinggapi perasaan takut dan cemas, kecewa dan keluh kesah, tidak diserta dengan nyali yang ciut dan persaan kuatir. Semua yang dilakukan semata-mata hanya untuk menggapai keridhaan Allah.
5.       Keimanan menumbuhkan sikap optimis
Perasaan optimis merupakan kekuatan yang mampu membangkitkan kemauan untuk berbuat. Ia mampu menumbuhkan semangat untuk selalu melaksanakan kewajiban, menyingkirkan perasaan malas, serta menumbuhkan keseriusan. Karena optimis akan mendapatkan keridhaan Allah dan kenikmatan surga, orang yang beriman bersedia melawan hawa nafsu, mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Optimisme yang memberi konstribusi besar kepada manusia yaitu optimesme yang tumbuh dari keimanan, percaya akan adanya pertolongan dan kasih sayang dari Allah.
6.       Membuat jiwa tegar dalam menghadapi cobaan
Keimanan menjadikan manusia lebih tahan dan sabar dalam menghadapi cobaan dan tantangan kehidupan modern, teguh pendirian dalam menghadapi kesulitan hidup. Orang yang beriman menyadari bahwa cobaan yang diterimanya bukanlah suatu pukulan yang tiba-tiba datang menyerang tanpa kompromi, melainkan sesuai dengan ketentuan, kebijaksanaan, dan keputusan dari Allah yang Maha Menentukan.
Keimanan memang tidak memberikan solusi yang sifatnya jasmani terhadap problematika dan tantangan kehidupan modern, tetapi solusi yang diberikan oleh keimanan merupakan penyeimbang dari solusi-solusi lain. Keimanan memenuhi kebutuhan rohani manusia, sehingga dia menjadi lebih sempurna dan dewasa dalam menjalani kehidupan modern ini.
BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi amanat itu, yaitu manusia sebagai khalifah di bumi. Dan oleh karenanya manusia adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama hidupnya di dunia ini pasti terlibat dalam amanat itu.
Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan tetapi justru karena ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah, yakni flora dan fauna.
Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanya flora dan fauna, dalam suatu “tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem. Tata nilai dan tatanan itulah yang disebut pula “moral dan etika kehidupan alam” yang sering dipengaruhi oleh paradigma dinamis yang berkembang dalam komunitas masyarakat disamping pengaruh ajaran agama yang menjadi sumber inspirasi moral dan etika itu.

B.          Saran
Setelah pembaca mengetahui tentang hakekat manusia diciptakan Allah, maka hendaknya manusia menjadi taat dalam beribadah kepada Allah. Menambah keimanan terhadap Allah. Percaya bahwa semua kekuatan hanya milik Allah dan mintalah pertolongan hanya kepadaNya. Karena Allah Sang Maha Pecipta.

11 komentar:

  1. Materinya Menarik Untuk DIbaca

    BalasHapus
  2. kak minta filenya dong, kirim ke email ku ya sekarang penting!

    BalasHapus
  3. kak boleh minta filenya dong, materinya bagus.

    BalasHapus
  4. Materinya bagus. Bisa gak di share filenya sebagai bahan bacaan. Terima kasih atas bantuannya.

    BalasHapus
  5. sangat berguna betul mg berkah

    BalasHapus
  6. kak boleh minta file nya

    BalasHapus
  7. Daftar pustaka nya mana ya

    BalasHapus

terimakasih telah berkunjung, tinggalkan pesan dengan bahasa yang sopan !!

Diberdayakan oleh Blogger.

Get Free Updates

Subscribe Now